Sebagai orangtua, tentu kita ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang taat dan menghormati dengan tulus.
Namun, bagaimana memastikan bahwa kepatuhan tersebut lahir dari kasih sayang, bukan rasa takut? Anak yang patuh karena cinta biasanya memiliki hubungan yang lebih hangat dan mendalam dengan orangtua.
Sayangnya, tanpa disadari, banyak orangtua menggunakan pendekatan menakut-nakuti seperti ancaman atau hukuman berat agar anak mengikuti perintah.
Meskipun tampak efektif dalam jangka pendek, cara ini dapat berdampak negatif pada perkembangan emosional anak. Sebaliknya, membangun kepatuhan berdasarkan cinta, pengertian, dan kasih sayang menciptakan hubungan yang lebih positif.
Berikut adalah beberapa tips untuk mewujudkan hal tersebut:
1. Perkuat Kedekatan Emosional
Sebelum memberi aturan atau arahan, bangun terlebih dahulu hubungan yang erat dengan anak. Dalam dunia parenting, ada pepatah bijak: “Hubungkan hati sebelum memberi tahu.” Anak yang merasa dicintai dan dipahami akan lebih mudah menerima nasihat orangtua.
Luangkan waktu untuk berbicara dan bermain dengan anak Anda. Dengarkan mereka tanpa menyela, hargai pendapat mereka, dan tunjukkan kepedulian.
Misalnya, saat anak berbicara tentang pengalamannya di sekolah, tunjukkan perhatian penuh, lakukan kontak mata, dan tanggapi dengan antusias. Ketika hubungan emosional terjalin erat, anak akan lebih terbuka dan mudah diarahkan.
2. Jelaskan Alasan di Balik Arahan
Ketika meminta anak melakukan sesuatu, pastikan mereka memahami alasannya. Anak cenderung lebih patuh jika tahu tujuan dari arahan tersebut.
Contohnya, saat meminta anak merapikan mainan, jelaskan bahwa mainan yang berserakan bisa membuat rumah tidak nyaman atau menyebabkan cedera. Dengan begitu, anak belajar memahami konsekuensi dari tindakannya, bukan sekadar melakukannya karena takut dihukum.
Pendekatan ini juga melatih kemampuan berpikir kritis mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
3. Berikan Pujian atas Perilaku Positif
Seringkali, kita lebih fokus pada kesalahan anak daripada menghargai perbuatan baiknya. Padahal, apresiasi sangat penting untuk membentuk karakter anak.
Ketika anak merasa dihargai, mereka lebih termotivasi untuk mempertahankan perilaku baiknya. Pastikan pujian yang diberikan spesifik dan tulus.
Misalnya, alih-alih berkata, “Kamu anak yang baik,” katakan, “Ibu senang kamu sudah membereskan mainan tadi. Itu menunjukkan kamu peduli kebersihan rumah.” Pujian yang spesifik membantu anak memahami perilaku mana yang dihargai, sehingga mereka lebih terdorong untuk mengulanginya.
4. Gunakan Bahasa Positif
Cara berbicara dengan anak sangat memengaruhi cara mereka merespons. Gunakan kalimat yang positif untuk mendorong mereka. Hindari ancaman atau kata-kata negatif yang justru membuat anak merasa takut atau tertekan.
Sebagai contoh, daripada mengatakan, “Kalau kamu tidak merapikan kamar, kamu tidak dapat hadiah,” coba ubah menjadi, “Ibu yakin kamu bisa merapikan kamar dengan rapi. Kalau kamar rapi, kamu pasti lebih nyaman bermain di sana.” Kalimat positif membuat anak merasa didukung dan dihargai, bukan tertekan.
Penutup
Membangun kepatuhan karena cinta adalah kunci dalam mendidik anak. Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang, anak akan belajar tanggung jawab, menghormati orangtua, dan tumbuh menjadi pribadi yang penuh cinta.